Senin, 21 Maret 2016

Melihat Kapasitas Diri; Sebuah Renungan dari Catatan Diskusi

Semakin banyak kuantitas pertemuan dalam diskusi, majelis dan yang semacamnya, kita semakin paham dimana posisi kita berada. Kita akan tau dimana letak otoritas kita masing-masing, siapa yang layak bicara, kapan kita bicara, seberapa besar kapasitas keilmuan kita dan tentang apa yang kita bicarakan.

Menata hati untuk saling menghargai adalah tentang kerendahan hati yang perlu diperjuangkan. Layaknya lemper, isinya yang tetap legit meski dibungkus daun pisang seperti lontong sayur. Meski enak, tetap ada yang tidak suka, ia hanyalah jajanan pasar, ia terbiasa dijual ditempat yang sederhana, meski tak jarang ia dicari dan disukai tokoh atau orang besar. Lemper tetaplah lemper, ia tidak bisa membenci kepada mereka yang tidak menyukainya.





Melihat Kapasitas Diri
Melihat Kapasitas Diri





Lalu apa yang bisa diperbuat oleh lontong sayur adalah ukuranya yang besar. Ia tetap berada ditempat yang lebih rendah dari lemper. Kapasitasnya yang tidak lebih lezat dari lemper, membuat ia tidak akan melampaui lemper meski terlihat besar.

Ketika kita merasa sedang diatas angin, jangan sampai lupa akan daratan. Setinggi apapun yang kita capai, kita tetap rendah dan patut untuk direndahkan. Orang-orang akan melihat kita dari berbagai dunianya sendiri, orang-orang yang melihat kita dari bumi melihat kita telah terbang tinggi. Orang yang ada di bulan melihat kita masih begitu rendah. Mereka boleh bangga dengan apa yang mereka capai dan apa yang mereka miliki di bulan. Tapi tak bisa disangkal bahwa bumiku lebih besar dan lebih sempurna…


Maka teruslah belajar, jangan pernah menganggap diri tinggi. Juga jangan rendah diri jika ada orang yang memandang rendah diri kita, karena apa yang kita punya adalah sesuatu yang unik, sesuatu yang orang lain tak punya. Yang diberikan kepada kita adalah anugrah yang tidak diberikan kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar