Jumat, 29 Januari 2016

Persoalan Pemuda Masa Kini

“Orang yang kalah selalu meniru orang yang menang, baik dalam
lambangnya maupun cara berpakaianya, atau kebiasaanya dan sekali
gerak gerik dan budayanya. Sebabnya ialah karena jiwa itu selalu percaya
bahwa kesempurnaan hanya pada orang yang telah mengalahkanya itu,
lalu dia menjadi peniru dan penuntut, baik oleh karena telah sangat
tertanam rasa pemujaan, atau karena kesalahan berfikir, bahwa keputusan
bukanlah karena kekalahan yang wajar, melainkan karena tekanan rasa
rendah diri dan beranggapan yang menang selalu benar.”
(Buya Hamka)



Oleh: Warsito

Pada tahun 1993 seorang  ilmuwan politik  Amerika Serikat bernama Samuel Huntington menulis sebuah artikel yang berjudul “The Clash of Civilization and the Remaking of World Order”. Artikel tersebut berisi tentang benturan antar peradaban di dunia. Artikelnya ini adalah tulisan yang menjadi kontroversi dan memicu polemik lebih dari 3 tahun di dunia internasional sejak dimunculkan. Semenjak tulisan itu muncul, istilah “The Clash of Civilization” menjadi perbincangan hangat dan sering dibahas. Dalam artikel itu dijelaskan bahwa pada akhirnya memang benturan peradaban ini akan berpuncak, mempertemukan dua peradaban yaitu Islam dengan Barat.

Pendapat Huntington di atas oleh sebagian umat Islam kemudian di salahartikan. Banyak diantara umat Islam berpandangan benturan peradaban yang dimaksud adalah Ghazwul Fikr. Padahal benturan peradaban yang dimaksud oleh Samuel Huntington adalah benturan peradaban pada tataran politis. Huntington bahkan membuat peta persaingan politik di seluruh dunia berdasarkan kebudayaan dan agama-agama besar dunia. Tetapi sampai saat ini pandangan yang salah tersebut telah terlanjur menyebar melalui seminar-seminar dan dianggap benar. Pandangan benturan peradaban yang keliru ini berkesimpulan bahwa perang pemikiran memiliki ciri khusus. Semisal pandangan bahwa barat menyerang umat Islam melalui serangan 4F, yaitu Fun, Food, Fashion, Film. Hal ini keliru, karena teori yang dipaparkan dalam artikel tersebut adalah murni tentang politik, artikel tersebut penuh dengan muatan-muatan politis. Samuel Huntington sendiri adalah seorang politisi yang paling berpengaruh saat itu, ia bukanlah seorang orientalis yang mengkaji tentang peradaban Timur (Islam). Meski tidak ada serangan melalui 4F dari barat pun, umat Islam sejatinya tetap mundur. Bukan semata karena 4F tersebut, tetapi memang karena umat Islam sendiri yang keliru pandanganyya terhadap realitas. 4F muncul karena memang manusia yang memiliki sifat-sifat keserakahan, menuntut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kepuasan terhadap diri. Sebagai Muslim, tentu kita sepakat hal tersebut tidak baik. tapi bukan pada tataran itu persaingan politik atau benturan peradaban itu. 4F itu hanya murni karena fenomena kapitalisasi saja untuk pemenuhan hasrat hayawani saja.

Pandangan yang keliru yang dipegang oleh sebagian besar umat Islam khususnya di Indonesia tersebut mengindikasikan rendahnya umat Islam dalam memandang realita. Umat Islam seringkali dijejali dengan retorika-retorika rendahan, menggugah semangat yang jika dimamah bisa membuat para pemuda merasa ia sudah membuat kebaikan dan merasa sudah melakukan yang terbaik. 

Rendahnya Ilmu
Rendahnya kemampuan menafsirkan umat Islam terhadap realita disebabkan karena rendahnya ilmu.  Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam buku “Risalah Untuk Kaum Muslimin” membahas dalam dua bab tersendiri tentang kemunduran umat Islam saat ini, yaitu sebab-sebab dalaman (internal) dan luaran (eksternal). Penyebab internal hal itu adalah mundurnya peradaban di kalangan kaum Muslimin, terutama tentang Ilmu. Rendahnya Ilmu membuat para pemuda tidak memiliki pandangan hidup Islam yang baik sehingga hanya bisa berpandangan barat.

Hal ini telah digambarkan oleh Buya Hamka, memaparkan bahwa kebiasaan yang kalah (pemuda Islam) adalah ia mengekor kepada yang menang (barat), sebagai akibat dari kebingungan dalam berfikir dan berperilaku.

Bila berbicara masa kejayaan Islam, tentu akan berbicara tentang tingginya tradisi Ilmu. Karena tradisi Ilmulah generasi Shalahuddin muncul. Imam al-Ghazali yang menghidupkan kembali Ilmu-Ilmu Agama menjadi bukti bahwa Ilmu adalah yang paling utama dalam peradaban. Munculnya Shalahuddin Al-Ayyubi sebagai pahlawan Perang Salib seringkali dianggap sebagai kelahiran seorang tokoh besar. Namun Shalahuddin bukan ratu adil yang turun sekali dari langit, ia merupakan perwakilan sebuah generasi. Shalahuddin tidak serta merta muncul dengan sendirinya, ia adalah hasil dari Islah panjang para ulama sebelum generasi ini muncul. Umat Islam di masa kehadiran generasi Shalahuddin telah benar-benar kembali taat kepada ajaran islam, sehingga siap untuk dipimpin oleh seorang panglima besar seperti Shalahuddin. 

Jika kita hubungkan dengan keadaan umat sekarang ini maka kita bisa menarik benang merah, bahwa umat islam saat ini belum siap jika dipimpin oleh seorang pemimpin seperti Shalahuddin. Sisi kehidupan terutama akhlak Umat Islam saat ini jauh dari Ilmu, Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW.

Ulama pembaharu yang melakukan Islah pertama kali adalah Hujjatul Islam Imam al-Ghazali. Peran beliau dalam menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama dalam kitabnya Ihya Ulumuddin telah menyadarkan umat. Pentingnya mempelajari ilmu agama dan kembali kejalan yang benar sesuai al-Qur’an dan Sunnah telah disadari betul oleh umat Islam saat itu. Munculnya universitas-universitas dan madrasah-madrasah menjadi kunci keberhasilan gerakan kembali kepada ilmu. Madrasah Nizhamiah yang didirikan Nizhamul Mulk juga amat berperan dalam Islah pada masa itu. 

Untuk itulah, sebagai pemuda harapan umat, mari kita mulai menata kembali budaya Ilmu yang semakin hari semakin sulit dibayangkan itu. Anak muda, mengisi waktu untuk mencari ilmu segala. Biarpun lapar, lelah. Kekayaan berlari, menjauh tak apa. Derita karib setia, memang begitulah pemuda. Masanya bukan untuk menimbun harta. Bila didapat sengsara, biar ingat niat semula.

Ilmu yang membuat kita dekat dengan Allah itulah ilmu yang sejati, tiada guna jika ilmu yang kita pelajari justru menjauhkan kita dari Allah, hai muda renungilah!


* * * * * * *

Rujukan:
Al-Attas, Syed M. Naquib. 2001. Risalah Untuk Kaum Muslimin. Kuala Lumpur: ISTAC

Al-Kilani, Majid Irsan. 2007. Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib.
Bekasi: Kalam Aulia Mediatama





Dimuat di Buletin at-Tafakkur DISC Masjid UI Edisi VI, Jum’at 21 Rabiul Awwal 1437 H/01 Januari 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar