Semakin banyak kuantitas pertemuan
dalam diskusi, majelis dan yang semacamnya, kita semakin paham dimana posisi
kita berada. Kita akan tau dimana letak otoritas kita masing-masing, siapa yang
layak bicara, kapan kita bicara, seberapa besar kapasitas keilmuan kita dan
tentang apa yang kita bicarakan.
Menata hati untuk saling menghargai
adalah tentang kerendahan hati yang perlu diperjuangkan. Layaknya lemper,
isinya yang tetap legit meski dibungkus daun pisang seperti lontong sayur.
Meski enak, tetap ada yang tidak suka, ia hanyalah jajanan pasar, ia terbiasa
dijual ditempat yang sederhana, meski tak jarang ia dicari dan disukai tokoh
atau orang besar. Lemper tetaplah lemper, ia tidak bisa membenci kepada mereka
yang tidak menyukainya.
Melihat Kapasitas Diri |
Lalu apa yang bisa diperbuat oleh
lontong sayur adalah ukuranya yang besar. Ia tetap berada ditempat yang lebih
rendah dari lemper. Kapasitasnya yang tidak lebih lezat dari lemper, membuat ia
tidak akan melampaui lemper meski terlihat besar.
Ketika kita merasa sedang diatas
angin, jangan sampai lupa akan daratan. Setinggi apapun yang kita capai, kita
tetap rendah dan patut untuk direndahkan. Orang-orang akan melihat kita dari
berbagai dunianya sendiri, orang-orang yang melihat kita dari bumi melihat kita
telah terbang tinggi. Orang yang ada di bulan melihat kita masih begitu rendah.
Mereka boleh bangga dengan apa yang mereka capai dan apa yang mereka miliki di
bulan. Tapi tak bisa disangkal bahwa bumiku lebih besar dan lebih sempurna…
Maka teruslah belajar, jangan pernah
menganggap diri tinggi. Juga jangan rendah diri jika ada orang yang memandang
rendah diri kita, karena apa yang kita punya adalah sesuatu yang unik, sesuatu
yang orang lain tak punya. Yang diberikan kepada kita adalah anugrah yang tidak
diberikan kepada orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar