Selasa, 08 September 2015

Balada Sajak Kucing Rumah



Sajak Kucing
Aku adalah Kucing Rumah



Oleh: Penyair Murung, Warsito


Saat aku tidur, aku ingin tidak ada yang menggangguku.
Termasuk kamu yang mengambil gambarku.
Ah dunia, selamanya tak kan bisa menjadi yang ku inginkan.

Aku hanya ingin makan daging yang enak, meski hanya beberapa potong.
Aku tak mengerti daging yang layak dimakan dan mana yang tidak.
Sama seperti para tikus itu, kami pun sering kali mencuri.
Tapi setidaknya, kami tidak dibenci manusia. Meski ada yang takut atau jijik pada kami.

Aku sudah beberapa kali pindah rumah, kuharap ini rumah terakhir yang kutinggali.
Aku tak peduli wajah para manusia dirumah ini.
Yang paling penting mereka baik padaku.
Seperti Sahabat Abu Hurairah yang menyayangi leluhurku di Madinah.

Dengan begitu, aku akan dengan senang hati menjaga rumah ini dari gangguan tikus.
Meski aku tinggal dirumah ini, tapi tidak menjamin aku diberi makan setiap hari.
Malah kadang sampai 3 hari aku tidak diberi makan.
Mungkin manusia disini belum mempunyai uang untuk membeli daging atau ikan, karena menurut berita di TV, harga-harga sedang naik.

Tapi aku tak peduli, aku hanya ingin makan.
Untung saja tetangga sebelah rumah ini baik hati.
Manusia berambut panjang itu selalu memelukku ketika melihatku.
Meraih dan mengangkatku lalu dibawa kedalam rumahnya.
Kadang aku diberi makan, kadang hanya dielus elus saja.
Aku selalu merasa nyaman jika didekatnya.

Meski dia amat sayang padaku, tapi aku tidak diajak tinggal dirumahnya.
Karena ada manusia kecil yang takut padaku. Aku selalu ditendang jika aku mendekatinya.
Tapi aku selalu berhasil masuk kamar manusia berambut panjang itu. Kadang ia menutup rambut indahnya itu dengan kain panjang. Entah apa namanya, yang jelas ia semakin cantik.
Mungkin jika aku menjadi manusia, aku ingin menjadi sahabatnya.

Andai saja aku bisa tinggal dirumahnya.
Ah dunia, selamanya tak kan bisa menjadi yang ku inginkan.





Margonda, 8 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar