Jumat, 26 Februari 2016

Berjarak dengan Masyarakat

Memakai kaos oblong bertulis Peter Says Denim, kaos KW 70, saya banyak disapa orang hari ini. Ketika mengantar pempek itu, duduk menunggu tetiba saya ditawari rambutan, duh Bapak penjual kopi tepi jalan itu, baik hatinya tak sesuai wajah dan tampilannya yang urakan. Saat pulang pun saya diajak ngobrol oleh abang supir angkot jurusan Cibinong-Gandaria. Hal yang tidak biasa saya alami ketika berpakaian rapih.
Dengan rambut sedikti gondrong dan acak-acakan, berkaos kumal dan celana kusam, membuat saya merasa tak berjarak dengan masyarakat. Mereka pun tak sungkan menjalin komunikasi, mereka merasa tak berjarak. Tapi ketika kita berpenampilan rapih, layaknya orang berada dan berpendidikan membuat mereka menjaga jarak, yang tanpa kita sadari adalah karena penampilan kita yang membuat mereka enggan menyapa. Meski yang diobrolkan sebatas hal-hal sepele yang tak kan merubah keadaan hidup kita, atau bisa mempengaruhi keputusan Presiden negara ini, tapi mereka butuh pendengar, mereka perlu menyampaikan keluh kesah mereka. "Sekarang nyari duit susah, Mas", kata abang supir angkot itu, hal yang biasa kita dengar ketika kita mengobrol dengan orang-orang golongan masyarakat kecil.
Berilah rahmat pada Bapak penjual kopi itu, lancarkan rejeki abang sopir itu, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar