Saat liburan panjang sekolah sekitar
tahun 2008, atau 2009, saya lupa tepatnya, pergilah saya ke rumah saudara. Waktu
itu saya baru sekitar kelas sepuluh atau kelas sebelas. Di liburan itu saya tak
merencanakan kegiatan apapun di tempat saudara itu, layaknya keluarga berada
yang menata segala sesuatunya dengan rapih. Liburan ya liburan aja, entah di
rumah mau ngapain itu urusan nanti, hal itu yang ada di benak saya waktu itu. Akhirnya
daripada tidak melakukan kegiatan apa-apa, saya disuruhlah bantu-bantu urus
kebun saudara saya itu. Pak Darmadi namanya, masih saudara dari keluarga Ayah
saya, tapi sudah meninggal saat saya masih di Surabaya, tahun 2011. Pagi-pagi
mulai jam 09.00 saya mulai ke kebun yang jaraknya masih dekat rumah. Keluarga saudara
saya itu sedang membudidaya pohon albasia, ada yang sudah agak besar, ada juga
yang baru sebesar lengan.
Tugas saya ringan saja, mencangkuli tanah sekitar
pohon yang baru ditanam dengan cara melingkar mengelilingi pohon, kemudian
menaburi pupuk mes dan menimbunnya kembali. Tapi melakukan sesuatu yang ringan
dengan kuantitas yang lumayan karena kebunnya luas lama-lama pegal-pegal juga
badan saya itu.
Di sela-sela liburan, selain
bantu-bantu, saya juga diajak jalan-jalan oleh Pak Darmadi ke pantai Suwuk. Pantai
yang terdekat dengan rumah. Waktu itu saya belum paham buat apa pergi ke pantai
pagi-pagi, saat hari masih agak gelap, saat masih susah menahan kantuk. Lazimnya
di usia saya itu pergi ke pantai ya mulai dari waktu agak siang sampai dengan
sore, saat ramai-ramainya orang berkunjung. Tapi beberapa tahun belakangan saya
paham kenapa waktu itu Pak Darmadi mengajak saya ke pantai pagi-pagi sekali. Beliau
ingin mengajari saya bagaimana cara menikmati pantai.
Sebagai daerah yang berada di
jalur selatan, Kebumen memiliki banyak pantai yang indah. Saat itu yang
terkenal adalah Pantai Petanahan, Pantai Bocor, Pantai Logending dan Pantai
Suwuk. Belakangan bermunculan banyak pantai yang ramai dikunjungi. Seperti Pantai
Menganti, Pantai Ambalrukmo yang ada lagunanya, dan lainnya. Umumnya
orang-orang di daerah saya itu pergi ke pantai saat ramai. Kemudian ajakan Pak
Darmadi menyadarkan saya, bagaimana kita bisa keluar dari kebiasaan masyarakat.
Pandangan masyarakat yang membiasa tidak harus selalu kita ikuti, itu yang
ingin diajarkan beliau. Kita bisa membangun paradigma tersendiri terhadap
sesuatu. Kita bisa lebih menikmati apa itu pantai ketika hari masih agak gelap,
udara masih agak dingin, dan tentu saat suasana masih sepi dari orang-orang. Jauh
dari keramaian membuat kita bisa lebih menghayati kemunculan matahari, yang
seolah-olah muncul dari tengah-tengah samudera itu. Kemudian saat hari mulai
agak terang, dan orang-orang mulai berdatangan, barulah Pak Darmadi mengajak pulang.
Pantai Bocor |
Saat pulang pun, saya diajak berkeliling
ke pasar dulu sebelum sampai rumah. Di pasar itu kami membeli beberapa bahan
makanan, beras dan sayur. Perjalanan itu masih satu rangkaian dari cara
menikmati pantai, agar pergi ke pantai bukan sekedar melihat pemandangan di
pantai, yang kalau sudah lihat pantai ya namanya sudah menikmati pantai. Boleh saja
berpandangan seperti itu, tapi agar lebih dari sekedar melihat pantai alangkah
baiknya kita juga mengunjungi ke tempat dimana orang-orang sekitar pantai berkumpul,
berjualan, menjajakan dagangan, supaya kita juga ikut membaur dan merasakan
kehidupan masyarakat di sekitar pantai itu. Hal sederhana macam itu bisa
membuat kegiatan hidup lebih bervariasi, dan perlu di praktikkan.
Pantaiku Berubah
Hal lain dari pantai adalah perubahan
kondisinya yang tidak bisa kita hindari. Sebenarnya bukan hanya pantai yang
berubah, banyak hal lain yang juga pasti berubah, seperti perasaanmu kepadaku,
Dik. Tapi karena kita sedang membahas pantai, ya kita bahas perubahan pantai,
khususnya di Pantai Suwuk dan Pantai Petanahan, pantai yang paling dekat dengan
Desa saya. Mengingat kedua pantai itu bagi saya adalah mengulang ingatan masa
kecil saya.
Saya pernah juga diajak abang
saya, ke Pantai Petanahan, itu pertama kalinya saya pergi ke pantai. Abang saya
itu ajak saya ke pantai pakai sepeda pancal. Saya sendiri gak merasa cape, karena
abang saya yang didepan terus, pulang pergi. Saya lupa tahun berapa, tapi waktu
itu, dan di usia saya yang sebegitu itu, uang Rp. 3.000 sudah cukup buat ke
pantai dengan puas. Beli makanan, bayar parkir dan bayar permainan untuk dapat
mainan. Waktu itu juga, pantai masih terasa begitu luas, jarak air dengan bangunan
itu masih jauh, dan tidak seramai sekarang. Sekarang itu, kalau datang ke
pantai, sudah penuh sesak. Pantai itu juga sudah dibangun macam-macam bangunan,
yang menurut saya makin mempersempit pantai itu sendiri, lebih baik pantai
dibiarkan luas saja lah. Orang-orang juga lebih leluasa liat ke pantai, liat
lautan air yang luas, bukan malah liat lautan manusia di sepanjang bibir pantai
itu.
Untuk itulah, cara menikmati
pantai diatas itu perlu dilakukan. Dengan pantai yang berubah itu, dengan
keadaan yang sekarang, tentu masih tetap bisa dinikmati, dengan tips di atas itu.
Bagaimana cara menikmati pantai. Kita bisa menikmati pantai dengan cara yang
berbeda dari kebanyakan orang. Dengan cara itu pula, semoga kunjungan kita ke pantai
bisa lebih berkualitas dari yang sebelumnya. Jadi nilai kegiatan kita di pantai
bisa ditingkatkan hanya dengan cara sederhana seperti itu, begitu.
Untuk Pak Darmadi, mantan Kades
Tepakyang, semoga amal ibadahmu diterima disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala,
aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar