Rabu, 03 Agustus 2016

Cara Menikmati Pantai

Saat liburan panjang sekolah sekitar tahun 2008, atau 2009, saya lupa tepatnya, pergilah saya ke rumah saudara. Waktu itu saya baru sekitar kelas sepuluh atau kelas sebelas. Di liburan itu saya tak merencanakan kegiatan apapun di tempat saudara itu, layaknya keluarga berada yang menata segala sesuatunya dengan rapih. Liburan ya liburan aja, entah di rumah mau ngapain itu urusan nanti, hal itu yang ada di benak saya waktu itu. Akhirnya daripada tidak melakukan kegiatan apa-apa, saya disuruhlah bantu-bantu urus kebun saudara saya itu. Pak Darmadi namanya, masih saudara dari keluarga Ayah saya, tapi sudah meninggal saat saya masih di Surabaya, tahun 2011. Pagi-pagi mulai jam 09.00 saya mulai ke kebun yang jaraknya masih dekat rumah. Keluarga saudara saya itu sedang membudidaya pohon albasia, ada yang sudah agak besar, ada juga yang baru sebesar lengan. 

Tugas saya ringan saja, mencangkuli tanah sekitar pohon yang baru ditanam dengan cara melingkar mengelilingi pohon, kemudian menaburi pupuk mes dan menimbunnya kembali. Tapi melakukan sesuatu yang ringan dengan kuantitas yang lumayan karena kebunnya luas lama-lama pegal-pegal juga badan saya itu.

Di sela-sela liburan, selain bantu-bantu, saya juga diajak jalan-jalan oleh Pak Darmadi ke pantai Suwuk. Pantai yang terdekat dengan rumah. Waktu itu saya belum paham buat apa pergi ke pantai pagi-pagi, saat hari masih agak gelap, saat masih susah menahan kantuk. Lazimnya di usia saya itu pergi ke pantai ya mulai dari waktu agak siang sampai dengan sore, saat ramai-ramainya orang berkunjung. Tapi beberapa tahun belakangan saya paham kenapa waktu itu Pak Darmadi mengajak saya ke pantai pagi-pagi sekali. Beliau ingin mengajari saya bagaimana cara menikmati pantai.

Sebagai daerah yang berada di jalur selatan, Kebumen memiliki banyak pantai yang indah. Saat itu yang terkenal adalah Pantai Petanahan, Pantai Bocor, Pantai Logending dan Pantai Suwuk. Belakangan bermunculan banyak pantai yang ramai dikunjungi. Seperti Pantai Menganti, Pantai Ambalrukmo yang ada lagunanya, dan lainnya. Umumnya orang-orang di daerah saya itu pergi ke pantai saat ramai. Kemudian ajakan Pak Darmadi menyadarkan saya, bagaimana kita bisa keluar dari kebiasaan masyarakat. Pandangan masyarakat yang membiasa tidak harus selalu kita ikuti, itu yang ingin diajarkan beliau. Kita bisa membangun paradigma tersendiri terhadap sesuatu. Kita bisa lebih menikmati apa itu pantai ketika hari masih agak gelap, udara masih agak dingin, dan tentu saat suasana masih sepi dari orang-orang. Jauh dari keramaian membuat kita bisa lebih menghayati kemunculan matahari, yang seolah-olah muncul dari tengah-tengah samudera itu. Kemudian saat hari mulai agak terang, dan orang-orang mulai berdatangan, barulah Pak Darmadi mengajak pulang.



Pantai Bocor
Pantai Bocor




Saat pulang pun, saya diajak berkeliling ke pasar dulu sebelum sampai rumah. Di pasar itu kami membeli beberapa bahan makanan, beras dan sayur. Perjalanan itu masih satu rangkaian dari cara menikmati pantai, agar pergi ke pantai bukan sekedar melihat pemandangan di pantai, yang kalau sudah lihat pantai ya namanya sudah menikmati pantai. Boleh saja berpandangan seperti itu, tapi agar lebih dari sekedar melihat pantai alangkah baiknya kita juga mengunjungi ke tempat dimana orang-orang sekitar pantai berkumpul, berjualan, menjajakan dagangan, supaya kita juga ikut membaur dan merasakan kehidupan masyarakat di sekitar pantai itu. Hal sederhana macam itu bisa membuat kegiatan hidup lebih bervariasi, dan perlu di praktikkan.

Pantaiku Berubah

Hal lain dari pantai adalah perubahan kondisinya yang tidak bisa kita hindari. Sebenarnya bukan hanya pantai yang berubah, banyak hal lain yang juga pasti berubah, seperti perasaanmu kepadaku, Dik. Tapi karena kita sedang membahas pantai, ya kita bahas perubahan pantai, khususnya di Pantai Suwuk dan Pantai Petanahan, pantai yang paling dekat dengan Desa saya. Mengingat kedua pantai itu bagi saya adalah mengulang ingatan masa kecil saya.
Saya pernah juga diajak abang saya, ke Pantai Petanahan, itu pertama kalinya saya pergi ke pantai. Abang saya itu ajak saya ke pantai pakai sepeda pancal. Saya sendiri gak merasa cape, karena abang saya yang didepan terus, pulang pergi. Saya lupa tahun berapa, tapi waktu itu, dan di usia saya yang sebegitu itu, uang Rp. 3.000 sudah cukup buat ke pantai dengan puas. Beli makanan, bayar parkir dan bayar permainan untuk dapat mainan. Waktu itu juga, pantai masih terasa begitu luas, jarak air dengan bangunan itu masih jauh, dan tidak seramai sekarang. Sekarang itu, kalau datang ke pantai, sudah penuh sesak. Pantai itu juga sudah dibangun macam-macam bangunan, yang menurut saya makin mempersempit pantai itu sendiri, lebih baik pantai dibiarkan luas saja lah. Orang-orang juga lebih leluasa liat ke pantai, liat lautan air yang luas, bukan malah liat lautan manusia di sepanjang bibir pantai itu.

Untuk itulah, cara menikmati pantai diatas itu perlu dilakukan. Dengan pantai yang berubah itu, dengan keadaan yang sekarang, tentu masih tetap bisa dinikmati, dengan tips di atas itu. Bagaimana cara menikmati pantai. Kita bisa menikmati pantai dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. Dengan cara itu pula, semoga kunjungan kita ke pantai bisa lebih berkualitas dari yang sebelumnya. Jadi nilai kegiatan kita di pantai bisa ditingkatkan hanya dengan cara sederhana seperti itu, begitu.





Untuk Pak Darmadi, mantan Kades Tepakyang, semoga amal ibadahmu diterima disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar