Kitab suci umat Islam yakni
Al-Qur’an adalah kitab yang tak akan pernah bisa dimanipulasi. Ia selalu
terjaga keaslianya, tidak diragukan lagi. Didalamnya adalah tuntunan hidup bagi
seluruh umat manusia yang mau mempelajarinya. Banyak sekali hikmah yang bisa
kita ambil dan patut kita renungkan, demi meraih kebahagiaan dan nikmat yang
hakiki.
Penulis akan sedikit membagi
pengalaman tentang salah satu hikmah yang pernah penulis rasakan. Penulis akan
mengajak pembaca untuk meluangkan banyak waktu demi merenungi salah satu surat
dalam Al-Qur’an. Surat Al-Fajr mengandung 30 ayat ini memiliki pelajaran yang
patut kita perhatikan. Surat yang termasuk dalam juz 30 ini akan lebih mengajak
kita untuk tidak kikir terhadap harta dan dunia ini, berikut penulis cantumkan.
“15. Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,
Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka
Dia berkata: "Tuhanku menghinakanku" [1].
17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan
anak yatim [2],
18. Dan kamu tidak saling mengajak memberi Makan orang miskin,
19. Dan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampur baurkan
(yang halal dan yang haram),
20. Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang
berlebihan.
21. Jangan (berbuat demikian). apabila bumi digoncangkan
berturut-turut,
22. Dan datanglah Tuhanmu; sedang Malaikat berbaris-baris.
23. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari
itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.
24. Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu
mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini".
25. Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti
siksa-Nya [3].
26. Dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya.
27. Hai jiwa yang tenang.
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya.
29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
30. Masuklah ke dalam syurga-Ku."
[1] Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan
bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan
seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. tetapi sebenarnya kekayaan dan
kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.
[2] Yang dimaksud dengan tidak memuliakan anak yatim ialah tidak
memberikan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya.
[3] Maksudnya: kekerasan azab Allah sesuai dengan keadilan-Nya.
Jika kita mau merenungi, kita akan mendapati bahwa
betapa manusia memang sangat cinta akan mengumpulkan harta. Kecenderungan ini
bisa membawa manusia kepada kerugian yang amat besar di akhirat nanti. Tuntutan
zaman, tuntutan kemajuan dunia, status sosial, kedudukan antara si kaya dan si
miskin telah memaksa masyarakat untuk berlomba-lomba mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya. Hingga membuat manusia tidak lagi memerhatikan halal dan
haram.
Gerimis yang Mengundang Tenang - Dokumentasi Pribadi |
Allah Swt begitu sayang terhadap kita, mengingatkan
kita agar tidak sibuk terhadap harta, agar kita memikirkan akhirat dengan
memperbanyak ibadah dan ingat kepada Allah. Menempuh jalan yang diridai-Nya
adalah satu-satunya jalan keselamatan.
Semoga kita menjadi golongan jiwa-jiwa yang tenang,
menempuh jalan yang diridai-Nya, masuk kedalam jannah hamba-hamba-Nya dan masuk
kedalam surga-Nya.. aamiin Ya Allah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar